Saturday, October 08, 2011

Allow me to wearing scraf...

Lagi sibuk cari-cari file jadwal kuliah, eh... nemu artikel tugas kuliah... hhhm, agak curcol juga sih artikelnya.. hihih, tapi lumayan layak untuk dibaca. And, dengan bantuan Mr. Google Translate ter-post-kanlah dalam 2 bahasa, lumayan buat bule-bule yang kesasar dimari... :p

Berjilbab, tunggu siap atau siap dulu? hhm, senada sama pertanyaan ayam dulu atau telur dulu? yayaya, senada.. tapi ngga sebodoh pertanyaan itu :p.. So, here it is..


Izinkan Aku Berjilbab..

Beberapa orang menganggap perempuan yang berjilbab itu agak "beda". Beda disini bukan tentang gaya berpakaian, penampilan, atau sesuatu tentang jilbab itu sendiri. Tapi lebih mengarah ke sikap. perempuan berjilbab biasanya lebih disorot kelakuannya. Jika ada sesuatu yang sedikit salah, maka itu akan jadi bahan perbincangan orang-orang. Padahal, bisa jadi jika kesalahan itu dilakukan oleh perempuan yang tidak berjilbab, itu akan menjadi hal lumrah.

Selain itu, perempuan berjilbab biasanya dianggap mengetahui banyak hal tentang agamanya. Inilah kenapa banyak remaja atau perempuan menjadi enggan untuk mengenakan jilbab dengan alasan belum siap. Mereka beranggapan jika memakai jilbab, maka mereka harus tahu dulu tentang ilmu agama, fasih membaca Qur’an, sholat tidak bolong, dll.

Saya menyayangkan semua anggapan yang di atas. Baik perlakuan "istimewa" pada jilbaber, juga perempuan yang beranggapan bahwa memakai jilbab perlu modal besar berupa ilmu yang lengkap dan akhlak yang sempurna.

Pertama, membahas tentang anggapan para jilbaber yang harus selalu baik itu menurut saya terlalu berlebihan dan ekstrim. Perempuan berjilbab adalah manusia biasa. Mereka butuh proses, mereka melakukan kesalahan, mereka melakukan perbaikan. Jatuh-bangun, kuat-lemah, naik-turunnya kondisi hati dapat mempengaruhi sikap yang mereka aplikasikan dalam keseharian. Mungkin si subjek sedang ada masalah besar, tidak punya tempat berbagi, masuk ke lingkungan baru dll, maka bisa jadi ia akan mengalami penurunan iman. Kemudian ia berbuat hal yang tidak baik seperti; mulai bergossip, bersentuhan dengan lawan jenis, dll. Semua akan membaik seiring dengan usaha sang subjek untuk memperbaiki diri, tentunya jika ia sadar bahwa ia mulai mengalami penurunan akhlak.

Selanjutnya, meneruskan pembahasan kedua tentang perempuan yang merasa belum siap memakai jilbab karena alasan kurang cukup ilmu, belum lancar membaca Qur’an dan berbagai alasan lain, bukankah memakai jilbab merupakan langkah awal bagi mereka untuk mempermudah melakukan hal-hal yang menjadi alasan untuk tidak memakai jilbab? Bukankah dengan berjilbab maka akan timbul motivasi untuk melakukan kebaikan lain? Jika kita punya laptop atau computer, bukankan kita ingin memiliki modem dan internetnya, printernya, software2nya, dll?

Saya percaya, selama masih hidup manusia itu selalu berproses. Entah menuju kebaikan atau keburukan. Sama dengan jilbaber, jika attitude mereka tidak baik maka ia sedang dalam proses. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan hidupnya, hatinya, masalahnya dll. Maka sangat tidak adil jika kita menuntut orang perempuan yang berjilbab menjelmakan akhlak layaknya malaikat padahal kita tidak peduli padanya.

Allow me to wear scarf...

Some people consider it somewhat veiled women are "different". The difference here is not about the style of dress, appearance, or something about hijab itself. But more to the attitude leads. Veiled women are usually more highlighted his behavior. If there is something slightly wrong, then it will be the subject of conversation people. In fact, it could be if an error was made by women who are not veiled, it will become commonplace.
In addition, the veiled women are usually considered to know a lot about her religion. This is why many teenagers or women become reluctant to wear the hijab for reasons not yet ready. They assume if you wear hijab, then they should know first about the science of religion, fluent reading the Quran, prayer is not perforated, etc..
I deplore all the assumptions above. Both the treatment of "special" in jilbaber, also women who think that wearing the hijab need big capital in the form of complete knowledge and perfect morality.
First, it discusses the notion of jilbaber that must always good in my opinion it is too excessive and extreme. Veiled women are human beings. They need the process, they make mistakes, they make improvements. Falling-up, strong-weak, rise and fall of heart conditions can affect the attitude that they apply in everyday life. Maybe the subject is no big deal, do not have a place to share, enter new environments, etc., then maybe she will experience a decline in faith. Then she did something not good like; start gossip, in contact with the opposite sex, etc.. All will improve with the business subjects to improve themselves, of course, if she realize that she began to experience decline in morals.
Furthermore, continued the second discussion about women who are not already wearing the hijab for reasons of lack of sufficient knowledge, not fluently read the Qur'an and various other reasons, would not wear the hijab is the first step for them to make it easier to do things that become a reason not to wear hijab? Is not the hijab then there will be another motivation to do good? If we have a laptop or computer, is not we want to have a modem and internet, printer, the software, etc.?
I believe, as long as human life is always proceeds. Either towards goodness or badness. Same with jilbaber, if their attitude is not good then she is in the process. We never know what's going on with her life, heart, problems, etc. So very unfair if we demand that those women who veiled personalize her attitude as angels but we do not care about her.

No comments: